Pahlawan devisa atau sebut saja TKW adalah
pemasukan pendapatan untuk negara yang dapat membantu negara dalam perekonomian
indonesia, namun fakta menunjukan Terhitung sejak 2007 hingga 2011, ada 726
kasus kekerasan berat terhadap PRT di Indonesia. Kasus tersebut terdiri dari:
536 kasus upah tak dibayar, 348 di antaranya terjadi pada PRTA; 617 kasus
penyekapan, penganiayaan hingga luka berat, dan bahkan meninggal (JALA PRT).
Kinerja
perlindungan negara terhadap PRT migran pun sangat menyedihkan. Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mencatat sepanjang
2011 hingga Oktober jumlah TKI yang ditempatkan di luar negeri mencapai 458.103
orang. Dari jumlah itu sebanyak 265.485 orang atau 57,95 persen di antaranya
ditempatkan sebagai TKI sektor informal atau penata laksana rumah tangga . Namun
sayang, sebagian besar perempuan—yang terpaksa harus mengais rezeki di negeri
orang dengan menjadi buruh migran sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan
digelari pahlawan devisa—nasibnya sering tragis.
Komisi Nasional Anti kekerasan Terhadap Perempuan
(Komnas Perempuan) sebagai pihak yang rajin mencatat kasus-kasus kekerasan
terhadap perempuan, mencatat lebih 100.000 kasus kekerasan pada 2011. Menurut
Wakil Ketua Komnas Perempuan, Masruchah, dari berbagai bentuk tindak kekerasan
yang dialami kaum perempuan, pelecehan seksual, khususnya kasus perkosaan,
menempati urutan tertinggi sepanjang tahun 2010-2011 , Ternyata anak TKI
mendominasi korban kasus pelecahan seksual ini.
Dalam
Hal tersebut diakibatkan kekeliruan cara pandang paradigma pemerintah
yang sudah berpuluh-puluh tahun lalu melakukan program nasional untuk
mengurangi pengangguran yang dilegitimasi dengan beberapa peraturan yang ada.
Pemerintah Indonesia telah menjadikan pengiriman buruh migran sebagai bagian dari program pendayagunaan tenaga kerja sekaligus merupakan upaya pengangguran, namun faktanya dalam proses migrasi internasional tidak adanya keseimbangan antara besarnya pengiriman dengan upaya perlindungan.
Pemerintah Indonesia telah menjadikan pengiriman buruh migran sebagai bagian dari program pendayagunaan tenaga kerja sekaligus merupakan upaya pengangguran, namun faktanya dalam proses migrasi internasional tidak adanya keseimbangan antara besarnya pengiriman dengan upaya perlindungan.
Lalu apa
yang salah? Melihat sekelumit penderitaan perempuan Indonesia yang tidak
kunjung berhenti, timbul pertanyaan: Mengapa derita demi derita terus
menghimpit perempuan? Apa yang salah dengan makhluk yang lemah lembut ini?
Letak kesalahannya bukanlah semata pada diri perempuan, tetapi lebih pada
penerapan sistem kapitalisme liberal yang membelenggu manusia, termasuk
perempuan di dalamnya. Sistem kapitalismelah yang telah terbukti rusak dan
merusak manusia dan telah mengancam perempuan ke jurang penderitaan yang lebih
dalam.
Penderitaan
ini dikokohkan dengan gaya hidup sesat, yang menipu perempuan dengan
jargon-jargon sesat dan dikemas secara manis dengan istilah kesetaraan gender,
penyelamat ekonomi bangsa, pahlawan devisa dan berbagai istilah lain yang
bertujuan untuk menjauhkan perempuan dari tabiat alaminya.
Sifat
dasar Kapitalisme memang akan membangkitkan kebuasan-kebuasan di tengah
manusia. Yang kuat memangsa yang lemah. Yang kaya tak akan pernah puas dan semakin
tega menghisap yang lemah. Wajar bila kemudian dikatakan bahwa Kapitalisme
adalah ideologi setan (the satanic ideology) karena memicu
kejahatan-kejahatan di tengah manusia.
Perempuan
dipaksa harus bisa bertahan dalam kehidupan keras Kapitalisme. Tidak ada pihak
yang mengayomi. Bahkan negara sekali pun telah membiarkan para perempuan
melakukan pertarungan untuk mempertahan-kan kehidupannya sendiri. Barangkali
para Tenaga Kerja Wanita (TKW) menjadi contoh nyata pertarungan para perempuan
mempertahankan kehidupannya. Tidak ada perlindungan dari kaum lelaki, karena
Kapitalisme memiliki karakter egaliter yang tak membedakan jenis kelamin.
Kesetaraan gender adalah wujud perjuangan perempuan untuk meningkatkan
eksistensi dirinya di tengah kehidupan kapitalistik. Perempuan menjadi korban
kebiadaban sistem ini.
Menghilangkan
penderitaan perempuan hanya bisa ditempuh dengan menghilangkan penyebab
pederitaan tersebut. Artinya, Kapitalisme yang menjadi biang keladi dari semua
penderitaan perempuan (bahkan seluruh manusia) harus segera dibuang jauh-jauh
dari kancah kehidupan. Dengan kata lain kita harus tau dan mengganti mobil yang
kita tumpaki menuju kesejahteraan, artinya selama kapitalis masih bertahan
dijadikan anutan gelar pahlawan devisa hanya buayan manis yang berhujung
penderitaan dan exploitasi para pekerja TKW khususnya para wanita. Sudah saat
nya para wanita sadar akan fitrahnya sebagai orang tua dan seorang ibu yang
harus mendidik anaknya, bukan sebagia pekerja.