kegundahan karena sistem yang rusak saat ini

Selasa, 05 Januari 2016

pahlawan DEVISA





            Pahlawan devisa atau sebut saja TKW adalah pemasukan pendapatan untuk negara yang dapat membantu negara dalam perekonomian indonesia, namun fakta menunjukan Terhitung sejak 2007 hingga 2011, ada 726 kasus kekerasan berat terhadap PRT di Indonesia. Kasus tersebut terdiri dari: 536 kasus upah tak dibayar, 348 di antaranya terjadi pada PRTA; 617 kasus penyekapan, penganiayaan hingga luka berat, dan bahkan meninggal (JALA PRT).
            Kinerja perlindungan negara terhadap PRT migran pun sangat menyedihkan. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mencatat sepanjang 2011 hingga Oktober jumlah TKI yang ditempatkan di luar negeri mencapai 458.103 orang. Dari jumlah itu sebanyak 265.485 orang atau 57,95 persen di antaranya ditempatkan sebagai TKI sektor informal atau penata laksana rumah tangga . Namun sayang, sebagian besar perempuan—yang terpaksa harus mengais rezeki di negeri orang dengan menjadi buruh migran sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan digelari pahlawan devisa—nasibnya sering tragis.
            Komisi Nasional Anti kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) sebagai pihak yang rajin mencatat kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan, mencatat lebih 100.000 kasus kekerasan pada 2011. Menurut Wakil Ketua Komnas Perempuan, Masruchah, dari berbagai bentuk tindak kekerasan yang dialami kaum perempuan, pelecehan seksual, khususnya kasus perkosaan, menempati urutan tertinggi sepanjang tahun 2010-2011 , Ternyata anak TKI mendominasi korban kasus pelecahan seksual ini.
            Dalam Hal tersebut diakibatkan kekeliruan cara pandang paradigma pemerintah yang sudah berpuluh-puluh tahun lalu melakukan program nasional untuk mengurangi pengangguran yang dilegitimasi dengan beberapa peraturan yang ada.
Pemerintah Indonesia telah menjadikan pengiriman buruh migran sebagai bagian dari program pendayagunaan tenaga kerja sekaligus merupakan upaya pengangguran, namun faktanya dalam proses migrasi internasional tidak adanya keseimbangan antara besarnya pengiriman dengan upaya perlindungan.
Lalu apa yang salah? Melihat sekelumit penderitaan perempuan Indonesia yang tidak kunjung berhenti, timbul pertanyaan: Mengapa derita demi derita terus menghimpit perempuan? Apa yang salah dengan makhluk yang lemah lembut ini? Letak kesalahannya bukanlah semata pada diri perempuan, tetapi lebih pada penerapan sistem kapitalisme liberal yang membelenggu manusia, termasuk perempuan di dalamnya. Sistem kapitalismelah yang telah terbukti rusak dan merusak manusia dan telah mengancam perempuan ke jurang penderitaan yang lebih dalam.
Penderitaan ini dikokohkan dengan gaya hidup sesat, yang menipu perempuan dengan jargon-jargon sesat dan dikemas secara manis dengan istilah kesetaraan gender, penyelamat ekonomi bangsa, pahlawan devisa dan berbagai istilah lain yang bertujuan untuk menjauhkan perempuan dari tabiat alaminya.
Sifat dasar Kapitalisme memang akan membangkitkan kebuasan-kebuasan di tengah manusia. Yang kuat memangsa yang lemah. Yang kaya tak akan pernah puas dan semakin tega menghisap yang lemah. Wajar bila kemudian dikatakan bahwa Kapitalisme adalah ideologi setan (the satanic ideology) karena memicu kejahatan-kejahatan di tengah manusia.
Perempuan dipaksa harus bisa bertahan dalam kehidupan keras Kapitalisme. Tidak ada pihak yang mengayomi. Bahkan negara sekali pun telah membiarkan para perempuan melakukan pertarungan untuk mempertahan-kan kehidupannya sendiri. Barangkali para Tenaga Kerja Wanita (TKW) menjadi contoh nyata pertarungan para perempuan mempertahankan kehidupannya. Tidak ada perlindungan dari kaum lelaki, karena Kapitalisme memiliki karakter egaliter yang tak membedakan jenis kelamin. Kesetaraan gender adalah wujud perjuangan perempuan untuk meningkatkan eksistensi dirinya di tengah kehidupan kapitalistik. Perempuan menjadi korban kebiadaban sistem ini.
Menghilangkan penderitaan perempuan hanya bisa ditempuh dengan menghilangkan penyebab pederitaan tersebut. Artinya, Kapitalisme yang menjadi biang keladi dari semua penderitaan perempuan (bahkan seluruh manusia) harus segera dibuang jauh-jauh dari kancah kehidupan. Dengan kata lain kita harus tau dan mengganti mobil yang kita tumpaki menuju kesejahteraan, artinya selama kapitalis masih bertahan dijadikan anutan gelar pahlawan devisa hanya buayan manis yang berhujung penderitaan dan exploitasi para pekerja TKW khususnya para wanita. Sudah saat nya para wanita sadar akan fitrahnya sebagai orang tua dan seorang ibu yang harus mendidik anaknya, bukan sebagia pekerja.